Kesempatan
bunda untuk berbagi pengalaman dalam mengasuh Balqiz, serta aktif dalam
beberapa komunitas disabilitas membuat beberapa kali bunda berinteraksi dengan
wartawan. Baik media cetak maupun media televise, juga media radio, dan media
internet. Hubungan baik serta kerjasama terjalin dengan menyenangkan.
Namun,
pengalaman beberapa hari lalu, Kamis 4
Juli 2013, adalah sebuah pengalaman terburuk dalam berinteraksi dengan ‘wartawan’.
Setiap
bulannya bunda dan balqiz mempunyai agenda untuk berwisata bareng “Jakarta Barrier Free Tourism - JBFT”
yang dimotori oleh Teteh Cucu Saidah, Uda
Faisal Rusdi, Mas Ridwan Soemantri, dan Om Jaka. Hingga bulan Juli 2013
sudah 16 edisi agenda wisata kami. Kilas cerita tentang JBFT adalah, ide awal
yang dimiliki oleh ke-empat sahabat bunda mencuat melihat keprihatian tentang
banyak hal sehubungan dengan fasilitas umum bagi penyandang disabilitas di
negeri tercinta ini. Kami, para penyandang disabilitas, adalah bagian dari
masyarakat, kami ada, kami nyata. Dan kami juga ingin bisa turut menikmati
berbagai moda transportasi umum, berkunjung berwisata, dan berinteraksi dengan
masyarakat. Selama proses berinteraksi inilah banyak hal yang bisa saling
dipelajar dan dievaluasi. Bukan hanya bagi pemerintah, namun bagi masyarakat
serta bagi para penyandang disabilitas serta keluarganya.
Maret
2012 adalah kegiatan JBFT pertama, kita berkumpul di Emperium Park, kemudian
kita mencoba menaiki moda angkungat TransJakarta (TJ) menuju ke Monas. Hingga bulan Juli 2013 ini, sudah 16 edisi
perjalanan. Sudah cukup banyak tempat yang kita kunjungi. Mulai dari Monas,
Ragunan, Ancol, Museum Gajah, TMII, Mesjid Istiqlal, Bandung, dll.
Agak
berbeda dengan JBFT biasanya yang diadakan di hari libur akhir pekan, JBFT #16
di bulan Juli 2013 ini, diselenggarakan di hari kerja, Kamis 4 Juli 2013. Yang membedakannya
adalah bahwa JBFT mengajak bapak Gubernur DKI Jakarta, Pak Joko Widodo atau nama bekennya adalah Pak Jokowi, untuk bergabung bersama kami dan melihat secara
langsung bagaimana dan apa yang harus dilengkapi dalam berbagai hal yang ada fasilitas umum guna memudahkan para penyandang
disabilitas.
Pukul
08.00 wib, kami semua sudah berkumpul di dekat Halte Balaikota, sesuai dengan
koordinasi staff Gubernur. Person in charge dalam acara ini adalah Teteh Cucu
Saidah. Beliau memberikan briefing banyak hal kepada kami semua, juga kepada
para teman-teman media yang meliput.
Kehadiran
teman-teman media ini tidak bisa dihindari. Segala sesuatunya tampak aman dan
terkendali. Hingga sesaat jelang kehadiran Pak Jokowi yang disampaikan oleh
salah satu ajudan beliau. Kami sudah siap dan berkumpul, Balqiz juga sempat
memimpin doa agar perjalanan lancar dan dimudahkan.
Pak
Jokowi yang sangat-sangat low-profile hadir di tengah-tengah kami, sosok beliau
yang selama ini hanya bisa disaksikan lewat media, hadir nyata di depan kami. Balqiz
memberi salam dan dibalas dengan sapaan ramah. Demikian juga teman-teman
penyandang disabilitas lainnya disapa beliau dan sempat mengobrol dengan
nyaman.
Namuunnn….
Kondisi menjadi chaos bin crowded saat mulai bergerak menuju ke dalam halte TJ
dan antri membayar tiket serta menunggu datangnya TJ. Arus berdesakan dari
teman-teman media lari sana sini mulai terjadi. Kesulitan bergerak mulai
dialami oleh teman-teman pengguna kursi roda dan tunanetra.
Hingga
saatnya bis TJ sampai di halte, entah gimana caranya kok tiba-tiba saja di
dalam bis sudah penuh dengan teman-teman media, aka wartawan. Sehingga sangat menyulitkan dari teman-teman pendis
yang akan bergerak masuk. Bahkan terlihat teh
cucu juga kesulitan untuk menjelaskan kepada Pak Jokowi apa-apa saja yang
seharusnya dilakukan dan apa-apa saja yang seharusnya difasilitasi.
Dengan
susah payah bunda dan Balqiz akhirnya bisa masuk ke dalam badan bis dan duduk
didalamnya.
Takjub,
heran, dan merasa kuatir melihat laku para wartawan tersebut. Situasi kembali
crowded sesampai di halte Senen. Wartawan berlarian, bahkan nekad loncat pagar,
sikut sana dorong sini, demi bisa menjangkau Pak Jokowi, bahkan bunda merasa
kok mereka gak peduli dengan kami para pendis, yang menjadi focus adalah
Jokowi, Jokowi, dan Jokowi.
sikut sana dorong sini
Dan
tidak lama kejadiannya sangat cepat,… bunda dan Balqiz terdorong,.. dan karena
sempitnya ruangan membuat rombongan terhenti. Disitulah nyaris sebuah ‘duel
maut’ terjadi. Tiba-tiba mendesak dari arah belakang bunda seorang wartawan, dan
karena stuck tidak bisa maju, dia berniat melonjat pagar pembatas halte, saat
akan meloncat itulah kakinya nyaris menendang kepala Balqiz. Whuaaaaaaaaaaaaa ngajak
perang itusih namanya. Emake langsung bertanduk dan berteriak marah. Saking marahnya
mpe lupa teriak apa, yang jelas emake siap perang, siap duel maut. Bersyukur thu
wartawan diselamatkan oleh ‘tantrum’-nya balqiz, sehingga perhatian bunda
kembali ke balqiz, dan lepaslah si mas-mas entah dari media mana itu dari
amukan bunda.
Menarik
balqiz ke arah pinggir, dan menenangkannya. Dari kejauhan sambil memeluk
Balqiz, melihat kerumuman para wartawan
membuat bunda kembali berpikir.
Ya
selama ini yang berinteraksi dengan bunda adalah tipe wartawan ‘cerita’.
Jadi mereka meliput cerita, berinteraksi dengan narasumber dengan cara yang ‘smooth’. Dan baru kali ini melihat
sendiri bagaimana tipe wartawan ‘berita’ beraksi. Tuntutan akan aktualitas berita, sudut
pengambilan gambar, menjangkau posisi terdekat narsum menjadi target mereka,
mengabaikan segala hal, termasuk orang disekitar narasumber menjadikan mereka
terlihat ‘garang bin sangar’…
wartawan…
ooo wartawan, catatan tentang JBFT#16
catatan
:
-
Foto diperoleh
dari album foto FB JBFT#16
-
Beberapa link
berita mengenai aktifitas ‘blusukan’ ini :
http://beritafotojakarta.wordpress.com/2013/07/06/komunitas-difable-jajaki-aksesibilitas-transportasi-umum-jakarta/
wartawan demi mendaatkan berita sp segitunya, ya :(
ReplyDeletewah.. seharusnya ada beberapa org lagi bun yg berjaga.. kabarin aku ya jika memang butuh volunteer.. pasti butuh anak2 muda kan utk jd 'pagar besi'nya..hehehee... salam buat Balqiz.. nama anakku yg besar itu Bilqis, bunda...
ReplyDeleteya ampyun Bunda..segitunya ya wartawan demi mengejar berita Pak Jokowi....
ReplyDeleteckckckk, fokusnya malah jadi ke Pak Jokowi. tp tumben itu Mbak gak heboh di infotainment yak? kan pengen lihat Balqis dan Bunda :)
ReplyDeletejadi ngerti
ReplyDeletekenapa selebritis dunia paling anti sama paparazzi.
ternyataaa... demi sebuah foto eksklusif mereka bisa menjadi liar seperti itu