Terbangun pagi, dan bersama beberapa teman segera menyusun agenda hari ini dengan cepat. Diputuskan segera mencari kendaraan dan merancang tour sehari menjelajah Padang. Saat sarapan sibuk kasak kusuk daaaaannnn….
Pukul 09.00 wib kami meluncur……
Sepanjang
perjalanan penuh dengan celoteh berbagai cerita dan pembahasan dari ke-7
emak-emak yang menjadi peserta tour. Aku, grace, bu Ating, bu Ririn, bu Sugini,
bu Sukinah dan bu Rina. Kebersamaan selama beberapa hari yang intens
mengakrabkan kami semua.
Tujuan pertama kita adalah Lembah Anai. Tempat pariwisata air terjun, letak air terjun ini berada di sisi jalan menuju Bukittinggi. Namun menuju di dekat air terjunnya butuh kehati-hatian untuk melangkah. Selain tangganya yang terjal, cipratan air yang terus menerus membuat batuan diselimuti oleh lumut yang licin. Cukup membahayakan jika tidak berhati-hati melangkah. Hahahahaha….. emak-emak narsis deh pose dengan berbagai model.
Tidak
terlalu lama di sana, segera melanjutkan perjalanan. Melewati sate Mak Syukur
tentunya tidak bisa dilewatkan begitu saja. Kita makan jelang siang di sana.
Sebelum menyantapnya, aku wawancarain dulu mengenai unsur dari bumbu sate ini.
jangan sampai terselip ada unsur kacang disana. Hasil wawancara menunjukkan
kalau aman.
Segera
terhidang di hadapan kita, piring bertatakan daun pisang tersaji diatasnya
potongan ketupat dan siraman kuah sate padang yang berwarna kuning keemasan,
dan di piring lain tumpukan tusukan sate benar-benar menggoda selera. Tidak
menunggu lama, segera menyerbu.
Tengah
makan….. baru ngeh ternyata bu Sukinah adalah seorang vegetarian,…. Whuaaaaaa
maaf-maaf. Sementara bu Sugini dan bu Rina tidak terlalu menyukai aroma dan
rasa dari kuah sate padang tersebut, dimaklumi bagi lidah ‘jawa’ memang rasanya
sulit diterima. Hehehehehe berhubung aku ini jawa palsu, alias jawa yang sudah
terkontaminasi lidahnya ya Alhamdulillah masih bisa menikmati.
Oya, satu hal yang baru kita ketahui saat membayar, ternyata tumpukan sate di piring yang tersaji itu tidak harus semuanya dihabiskan. Jadi saat kita memesan berapa piring, yang tercatat adalah piring ketupatnya. untuk jumlah sate, ya seharusnya sesuai saja dengan berapa banyaknya yang kita makan. nah kita pikir, tumpukan sate itu harus kita habiskan karena sudah termasuk dalam porsi yang kita pesan yakni 7 porsi. oalaaaaa.....
Oya, satu hal yang baru kita ketahui saat membayar, ternyata tumpukan sate di piring yang tersaji itu tidak harus semuanya dihabiskan. Jadi saat kita memesan berapa piring, yang tercatat adalah piring ketupatnya. untuk jumlah sate, ya seharusnya sesuai saja dengan berapa banyaknya yang kita makan. nah kita pikir, tumpukan sate itu harus kita habiskan karena sudah termasuk dalam porsi yang kita pesan yakni 7 porsi. oalaaaaa.....
Lanjut perjalanan menuju kota Bukittinggi. Langsung menuju ke situs Lubang Jepang. Dan dari situs ini, terbentanglah Ngarai Sihanok. Subhanallah….. begitu besarNYA keagunganNYA. Suguhan pemandangan yang sangat menakjubkan. Dan semakin membuat diri ini kecil. Hanya saja disayangkan sarana prasarana yang dimaksudkan untuk pariwisata ternyata merusak dari situs tersebut dan sekaligus merusak pemandangan.
Ditawarkan untuk turun ke bawah dan mengarungi Ngarai berjalan di sepanjang ‘tembok cina’. Kami menolak karena selain tidak cukup mempunyai waktu banyak, kondisi badan juga tidak memungkinkan untuk melakukannya. Di situs Lubang Jepang ini terdapat gua/ lubang bekas peninggalan saat penjajahan Jepang. Menurut informasi lubang tersebut akan tembus pada sisi lain. Lagi-lagi kami memilih aman untuk tidak memasukinya
Tujuan selanjutnya adalah Jam Gadang. Mascot dari bukittinggi. Dimana di seputar Jam Gadang ini juga terkenal dengan Pasar Bawah dan Pasar Atas. Kembali narsis dengan latar belakang Jam Gadang. Sebagian peserta tour ngabur ke Pasar, dan kami memberi waktu hanya 1,5 jam untuk berbelanja. Aku dan Bu Sugini memilih untuk duduk di area taman.
Sembari
duduk ngobrol, teringat akan sesuatu yang ganjil pada Jam Gadang ini. yaaaa…
angka 4 dalam romawi yang seharusnya tertulis IV tertera IIII
Sebenarnya
area tamannya sangat nyaman, bersih. Namun yang membuat tidak nyaman adalah
serbuan dari para abegeh berkostum badut yang meminta untuk foto bersama dan
terkesan sangat memaksa sekali. Kemudian pengamen yang mana mereka datang
secara bergerombol terlihat menjadi menakutkan.
Cuaca yang semula panas, kemudian mendung dan akhirnya rintik hujan akhirnya membuat kita berdua lari menuju salah satu komplek pertokoan yang ada di pinggiran taman, sekaligus kita mencari toilet. Akhirnya kita duduk numpang di teras sebuah resto fastfood menunggu hujan reda dan menunggu rombongan lengkap. Segera setelah lengkap, kita meneruskan kembali perjalanan.
Cuaca yang semula panas, kemudian mendung dan akhirnya rintik hujan akhirnya membuat kita berdua lari menuju salah satu komplek pertokoan yang ada di pinggiran taman, sekaligus kita mencari toilet. Akhirnya kita duduk numpang di teras sebuah resto fastfood menunggu hujan reda dan menunggu rombongan lengkap. Segera setelah lengkap, kita meneruskan kembali perjalanan.
Tujuan
akhir adalah Istana Paguruyung. Sebenarnya kami benar-benar tidak punya
informasi seberapa jauh letaknya, dan seberapa lama kami harus menempuhnya.
Terlalu percaya pada supir mobil travel yang kami sewa. Barulah tersadar jika Istana
ini ternyata sangat jauh dan posisinya menjauh dari kota Bukittinggi otomatis
semakin menjauh pula dari kota Padang.
Walau
sedikit cemas, namun…. Wow!! terbayarkan dengan melihat begitu indah dan
megahnya Istana Pagaruyung itu. Dengan latar belakang sebuat tebing yang
membawa kesan magis berwibawa. Sampai-sampai merinding melihatnya.
Aku,
bu Sugini segera mencari tempat shalat. Ternyata mushalla sudah terkunci dan
petugasnya sudah pulang. Kami memang sampai sudah sangat sore, sudah pukul
16.30 wib.
Alhamdulillah,
seorang petugas memberi kami tempat untuk bisa shalat, dan juga ada toilet
kecil. Setelahnya baru aku dan Bu Sugini melangkahkan kaki menuju Istana
menyusul yang lain.
Dan
saat kami sedang narsis foto-foto, bapak-bapak atoooo tepatnya mas-mas (masih muda
soale) yang tadi meminjamkan ruangan untuk tempat shalat menghampiri kami dan
memberi petunjuk angle mana yang tepat untuk bisa ambil foto dengan background
Istana. Daaaannn memang pas banget ternyata angle-nya
Ternyata sehari-hari dia bertugas sebagai petugas pemotong rumput, dengan sistem sehari masuk sehari libur. Dan di hari liburnya dia beralif profesi menjadi guide plus asisten untuk membantu bernarsis foto ria para rombongan tamu Istana. Asilnya orangtuanya adalah orang jawa timur, namun sejak dia kecil mereka sudah tinggal di sekitar Istana. Jadi dalam logat bicaranya antara dialek Minang terselip sedikit dialek jawa timuran
Ternyata sehari-hari dia bertugas sebagai petugas pemotong rumput, dengan sistem sehari masuk sehari libur. Dan di hari liburnya dia beralif profesi menjadi guide plus asisten untuk membantu bernarsis foto ria para rombongan tamu Istana. Asilnya orangtuanya adalah orang jawa timur, namun sejak dia kecil mereka sudah tinggal di sekitar Istana. Jadi dalam logat bicaranya antara dialek Minang terselip sedikit dialek jawa timuran
Penjelasannya
sangat lengkap banget, Dari sejarah, kemudian berbagai cerita tentang pernah
pernik yang ada di dalam maupun luar Istana. Cuma aku tidak terlalu nyimak
dengan detail keseluruhan penjelasannya. Sesuatu yang sangat aku sesali.
Hanya
sepintas sepintas yang aku dengar. Tentang tiang-tiang Istana yang mana
posisinya miring sementara hanya ada satu tiang yang lurus dan menjadi tiang
utama dari Istana. Kemudian cerita mengenai kebakaran yang di alami Istana
sehingga bangunan yang ada saat ini ternyata hanya replikanya. Adapun bangunan
yang asli hanya tinggal bangunan Surau saja.
Cerita
juga mengenai jendela yang dibuat miring sehingga terlihat dari kejauhan
tampaklah rumah/ Istana Gadang itu semakin meninggi. Namun yang terjadi
sebenarnya ukurannya sama hanya saja posisinya yang dibuat miring memberikan
efek demikian.
Istana
terdiri dari beberapa tingkat, hingga tiga tingkat kalau tidak salah. Hanya berani
naik hingga ke lantai duanya, tidak berani naik lebih tinggi lagi. Saat kembali
melihat jendela kembali dihadapkan oleh tebing yang ada di belakang Istana. Kembali
merasakan aura magis berwibawa yang menguar.
Menyambung
dengan bangunan utama Istana, adalah pawon atau dapur. Nah disinilah kehebohan
narsis dimulai. Si Mas ternyata penata gaya yang pro… mengatur gaya kami dan
pandai mengambil angle yang tepat. Whuaaaa seru abis dah.
Tidak
terasa waktu berjalan dan Istana sudah harus ditutup jam kunjungnya. Alhasil foto
narsis berlanjut di halaman Istana. Semakin heboh dan menggilaaaaaaa
Weisss
pokoke kalah dah pose foto model terkenal hahahahahaha…..
Alhasil
Istana sampai sepi banget, barulah kita beneran bubar, dan malam pun turun.
Perjalanan
pulang, barulah terasa pusing, mual. Mungkin juga karena sudah lelah dan si
supir travel mulai bĂȘte jadinya mengemudikan mobil juga udah gak senyaman waktu
berangkatnya. Hampir sepanjang perjalanan menuju kembali ke Padang menahan mual
dan pusing. Thanks God! Begitu melihat plang nama hotelnya dari kejauhan…. Berasa
‘welcome home’
Sudah
hampir pukul 21.00 wib kita sampai di hotel Rocky kembali, Alhamdulillah, tetap
sehat dan selamat. Daaaaaaaannn yang menyenangkan dan melegakan… jatah hidangan
makan malam masih tersedia di resto hotel
Selesai
makan,…. Kembali ke kamar masing-masing. Tidur? Gaaaaaaaaaakkkkk….. masih ada
sesi lanjutan, hahahahahaha. Ngumpul di kamar 324, kamar ibu Rina, ngapain? Buat
gabungin semua foto yang terserak dari berbagai sumber untuk dijadikan satu dan
kemudian di copy ke masing-masing. Hahahahaha….
Keseruan
babak berikutnya pun tiba. Ngobrol seru-seruan sambil tetep sibuk dengan
laptop, gadget untuk saling copy dan transfer data. Dannn… bagian ini yang agak
sedih. Say Goodbye. Beberapa dari kami akan kembali pagi-pagi denan pesawat
pagi. Jadi bisa dipastikan tidak akan sempat bertemu saat sarapan esok hari. Sebagian
lagi, ada yang punya jadwal penerbangan siang, dan ada yang sore hari. Sampai
bertemu kembali sahabat-sahabat,… Inshaa Allah akan ada rejeki waktuNYA untuk
bersua kembali. Kembali kerumah tetap sehat dan sukses selalu.
to be continue,... Padang, Day5
to be continue,... Padang, Day5
Seru banget jalan-jalannya. Bener2 refresh tuh badan dan pikiran ;)
ReplyDeletedari padang ke bukittinggi lewat sicincin kampung halaman saya..biasanya klu bus mampir di terminalnya ada makanan khas yang dijual ibu2..telor asin, pisang jantan rebus dan manggis muda....
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete