D-day, Sabtu 20 Oktober 2012
Pukul 04.00 wita, terbangun karena deringan alarm yang meraung raung. Hadeuh…. Jam 04.00 wita kan artinya jam 03.00 wib yak @_@.
Pukul 04.00 wita, terbangun karena deringan alarm yang meraung raung. Hadeuh…. Jam 04.00 wita kan artinya jam 03.00 wib yak @_@.
Ibu Maria sudah terdengar sibuk diluar sana, sementara
si kembar Kezia dan Lina saling berebut untuk segera bangun, memanjatkan doa
dan mandi. Hahahahaha…. lucu rasanya mendengar pertengkaran mereka berdua memperebutkan siapa terlebih dahulu yang berhak memakai kamar mandi. Mungkin kelak si kembar Alifah Balqiz pun bertingkah yang sama ^_^.
Soal mandi di waktu dini hari ini, sudah sejak semalaman direncanakan oleh mereka berdua. Kezia dan Lina berhitung sendiri bahwa saat ini dirumah mereka ada 7 orang, sementara kamar mandi yang tersedia hanya ada 1. Mereka akhirnya menyimpulkan bakal terjadi antrian yang heboh disaat mandi ^_*
Soal mandi di waktu dini hari ini, sudah sejak semalaman direncanakan oleh mereka berdua. Kezia dan Lina berhitung sendiri bahwa saat ini dirumah mereka ada 7 orang, sementara kamar mandi yang tersedia hanya ada 1. Mereka akhirnya menyimpulkan bakal terjadi antrian yang heboh disaat mandi ^_*
Jadilah
mereka berdua bergegas mandi. Asli ini mata rasanya sepet banget plus kayak ada
lemnya. Akhirnya sang tamu yang gak tahu diri ini, meneruskan tidurnya
dan baru benar-benar terbangun satu jam kemudian, itupun terbangun karena
mendengar kicauan burung dari luar jendela kamar.
Amaze
aja bisa mendengar kicauan burung diluar jendela tanda hari baru sudah tiba. Udara
terasa sejuk dan tidak terpapar polusi. Sebuah moment di pagi hari yang jarang
bisa diperoleh.
Kezia
dan Lina sudah mandi, sedang berlatih bernyanyi diiringin petikan gitar dari Pak Sigid. Sementara Pak Dohar dan abang Enrique sudah berangkat
hendak menurunkan spanduk yang terpampang di tengah kota serta memasangnya
kembali di gedung sekolah serta mau melakukan finishing menataan dan persiapan
seminar.
Sementara itu Ibu Maria tampak sudah menyiapkan sarapan nasi goreng, dan roti. Bibirnya sih masih tersenyum dan menanggapi candaan yang terlontar hanya raut wajahnya tidak bisa menyembunyikan ketegangan. Hingga pukul 23.00 wita semalam, ternyata masih ada saja peserta yang melayangkan sms untuk meminta kuota tempat pada seminar. Sebuah respon antusiasme dari masyarakat yang sungguh luar biasa memang. Berbagai kekuatiran akhirnya terlontar dari bibirnya bahwa dia kuatir akan keterbatasan tempat, kemudian juga ketersediaan konsumsi namun disisi lain Bu Maria juga tidak tega menolak permintaan tersebut. Dilemma.
Sementara itu Ibu Maria tampak sudah menyiapkan sarapan nasi goreng, dan roti. Bibirnya sih masih tersenyum dan menanggapi candaan yang terlontar hanya raut wajahnya tidak bisa menyembunyikan ketegangan. Hingga pukul 23.00 wita semalam, ternyata masih ada saja peserta yang melayangkan sms untuk meminta kuota tempat pada seminar. Sebuah respon antusiasme dari masyarakat yang sungguh luar biasa memang. Berbagai kekuatiran akhirnya terlontar dari bibirnya bahwa dia kuatir akan keterbatasan tempat, kemudian juga ketersediaan konsumsi namun disisi lain Bu Maria juga tidak tega menolak permintaan tersebut. Dilemma.
Pukul
06.30 wita setelah menyelesaikan sarapan, bunda bersama Bu Maria dan KezLin meninggalkan rumah terlebih
dahulu, sementara Pak Sigid akan menyusul kemudian bersama Pak Dohar dan
Enrique.
Menikmati suasana pagi hari di jalanan Tanjung Bara menuju Sangatta terasa sepi, terlebih mengingat hari ini adalah hari Sabtu, saat libur akhir pekan tiba. Jalur rel konvenyer yang melintang diatas jalanan di kawasan Tanjung Bara juga terlihat sepi tidak ada aktifitas kereta yang mengangkut batu bara seperti yang sempat terlihat kemarin.
Tiba di sekolah, sudah lebih rapi dan siap menerima para peserta seminar. Spanduk besar yang semula terpasang di tengah kota sudah berpindah menutupi sebagian sisi gedung, berfungsi juga sebagai penanda gedung supaya terlihat dari kejauhan.
Bunda juga segera membantu sana sini untuk persiapan akhir. Tak lupa juga bunda menata standing Banner milik Yayasan Balita Tunanetra, dimana bunda dan Bu Maria bernaung.
Tiba di sekolah, sudah lebih rapi dan siap menerima para peserta seminar. Spanduk besar yang semula terpasang di tengah kota sudah berpindah menutupi sebagian sisi gedung, berfungsi juga sebagai penanda gedung supaya terlihat dari kejauhan.
Bunda juga segera membantu sana sini untuk persiapan akhir. Tak lupa juga bunda menata standing Banner milik Yayasan Balita Tunanetra, dimana bunda dan Bu Maria bernaung.
Beberapa
teman Ibu Maria yang menjadi panitia juga sudah mulai berdatangan dan saling
berkoordinasi mengenai tugas-tugas mereka. Sebuah acungan jempol buat para
Ibu-ibu atas kerjasama dan kekompakannya.
Acara
dijadwalkan dimulai pada pukul 08.00 wita untuk registrasi peserta, namun pada
pukul 07.30 wita sudah terlihat beberapa peserta yang berdatangan dan tidak
sabar melakukan registrasi.
Saluttt
ReplyDelete