Tidak
terasa rasa lelah mengelayuti semua panitia yang bertugas, sembari melepas
lelah dan menyempatkan diri untuk makan siang sore, berbincang seru mengenai
acara yang telah sukses berjalan. Bak bisul yang pecah hanyalah kelegaan yang
terasa. Ibu Maria membaca kertas angket yang telah diisi oleh para peserta. Ibu Yuli Datubua tidak menyangka bahwa penyelenggara menyiapkan
angket sebagai feedback dari pelaksanaan acara, patut diacungkan jempol bagi panitia pelaksana atas kerjasama dan persiapan yang telah dilakukan. Terbukti semua berjalan lancar dan sukses sesuai dengan harapan.
Secara
garis besar para peserta sangat puas akan pelaksanaan, mulai dari penyajian
materi, narasumber, hingga konsumsi yang tersaji. Namun berbagai saran dan
kritik juga dilayangkan. Mulai dari permintaan penjemputan para peserta *tepok
jidat tetangga*, masih kurang luasnya penyebaran informasi acara seminar,
sempitnya ruangan yang tersedia (kapasitas 50 orang dipenuhi sekitar 90
orang), hingga meminta agar sering diadakannya seminar seperti ini ^_^.
Kemudian
bergotong royong untuk membersihkan ruangan dan membereskan kursi-kursi dan
merapikan segala sesuatunya.
Dan
kamipun beranjak keluar dari gedung sekolah, untuk segera kembali pulang ke
rumah di Batu Putih. Sejenak sebelum meninggalkan halaman, bunda kembali
menoleh dan berkata dalam hati, ‘semoga bunda diberikan rejeki kesempatan untuk
bisa berkunjung kembali ke Bahasa Hati, semoga perjalanan Bahasa Hati di hari
ke depan semakin memantapkan langkahnya dan melayani ABK dengan baik’.
Kami
sempat mampir ke Aquatik, pantai di Tanjung Bara yang menjadi tempat rendevous
warga Tanjung Bara. Disana selain ada café juga terdapat dermaga untuk galangan
kapal tangker yang akan memuat batu bara keluar dari wilayah Tanjung Bara –
Sangatta.
Serunya,
banyak berkeliaran monyet liat dari berbagai jenis di sekitar Aquatik. Terlihat
lucu namun membahayakan mengingat mereka adalah binatang liar. Bahkan kata Bu
Maria tidak jarang mereka juga berkeliaran di sekitar rumah-rumah di komplek
Batu Putih. Waks…. Itulah sebabnya Bu Maria selalu mewanti-wanti untuk menutup
pintu rumah dan waspada dengan sekitar saat berada di halaman rumah.
Sesampai di rumah barulah rasa
lelah mulai terasa,.. Dua hari yang penuh dengan sukacita dan pengalaman
menyenangkan. Kezia masih kuat ngobrol dan membuntutin bunda
kemana melangkah seolah tidak mau melepas kesempatan terus bercerita. Bahkan
Kezia masih sempat menyiapkan minuman bagi kami
Namun, Lina dan Pak Sigid tidak sempat makan malam lagi segera masuk kamar masing-masing dan tidur. Pak Dohar dan abang Enrique masih belum kembali ke rumah, mereka masih membereskan kursi-kursi yang harus segera dikembalikan malam ini juga ke gereja dimana mereka meminjamnya. Bunda masih menuntaskan bercerita dengan ibu Maria dan menyelesaikan berbagai catatan perjalanan, kemudian membantu membereskan dapur dan rumah. Sebagai makan malam kami menyantap tumpeng tadi pagi dan menyelamatkan lauk-lauk yang bisa disimpan untuk di daur ulang esok pagi sebagai sarapan*emak-emak gak mau rugi*.
Namun, Lina dan Pak Sigid tidak sempat makan malam lagi segera masuk kamar masing-masing dan tidur. Pak Dohar dan abang Enrique masih belum kembali ke rumah, mereka masih membereskan kursi-kursi yang harus segera dikembalikan malam ini juga ke gereja dimana mereka meminjamnya. Bunda masih menuntaskan bercerita dengan ibu Maria dan menyelesaikan berbagai catatan perjalanan, kemudian membantu membereskan dapur dan rumah. Sebagai makan malam kami menyantap tumpeng tadi pagi dan menyelamatkan lauk-lauk yang bisa disimpan untuk di daur ulang esok pagi sebagai sarapan
Kembali
malam ini tidur bersama Kezia dan Lina. Sejak sore Lina sudah tertidur bahkan tidak sempat berganti pakaian yang dikenakan, tinggal
Kezia yang masih terjaga dan menemani bunda hingga kami berdua terlelap. Akan
menjadi malam terakhir bunda di Sangatta.
No comments:
Post a Comment