Saturday, December 15, 2012

bunda goes to Kalimantan - Surabaya (part 6)



Tidak terasa rasa lelah mengelayuti semua panitia yang bertugas, sembari melepas lelah dan menyempatkan diri untuk makan siang sore, berbincang seru mengenai acara yang telah sukses berjalan. Bak bisul yang pecah hanyalah kelegaan yang terasa. Ibu Maria membaca kertas angket yang telah diisi oleh para peserta.  Ibu Yuli Datubua tidak menyangka bahwa penyelenggara menyiapkan angket sebagai feedback dari pelaksanaan acara, patut diacungkan jempol bagi panitia pelaksana atas kerjasama dan persiapan yang telah dilakukan. Terbukti semua berjalan lancar dan sukses sesuai dengan harapan.

Secara garis besar para peserta sangat puas akan pelaksanaan, mulai dari penyajian materi, narasumber, hingga konsumsi yang tersaji. Namun berbagai saran dan kritik juga dilayangkan. Mulai dari permintaan penjemputan para peserta *tepok jidat tetangga*, masih kurang luasnya penyebaran informasi acara seminar, sempitnya ruangan yang tersedia (kapasitas 50 orang dipenuhi sekitar 90 orang), hingga meminta agar sering diadakannya seminar seperti ini ^_^.

Kemudian bergotong royong untuk membersihkan ruangan dan membereskan kursi-kursi dan merapikan segala sesuatunya. 



Dan kamipun beranjak keluar dari gedung sekolah, untuk segera kembali pulang ke rumah di Batu Putih. Sejenak sebelum meninggalkan halaman, bunda kembali menoleh dan berkata dalam hati, ‘semoga bunda diberikan rejeki kesempatan untuk bisa berkunjung kembali ke Bahasa Hati, semoga perjalanan Bahasa Hati di hari ke depan semakin memantapkan langkahnya dan melayani ABK dengan baik’.


Kami sempat mampir ke Aquatik, pantai di Tanjung Bara yang menjadi tempat rendevous warga Tanjung Bara. Disana selain ada cafĂ© juga terdapat dermaga untuk galangan kapal tangker yang akan memuat batu bara keluar dari wilayah Tanjung Bara – Sangatta. 



Serunya, banyak berkeliaran monyet liat dari berbagai jenis di sekitar Aquatik. Terlihat lucu namun membahayakan mengingat mereka adalah binatang liar. Bahkan kata Bu Maria tidak jarang mereka juga berkeliaran di sekitar rumah-rumah di komplek Batu Putih. Waks…. Itulah sebabnya Bu Maria selalu mewanti-wanti untuk menutup pintu rumah dan waspada dengan sekitar saat berada di halaman rumah.





Sesampai di rumah barulah rasa lelah mulai terasa,.. Dua hari yang penuh dengan sukacita dan pengalaman menyenangkan. Kezia masih kuat ngobrol dan membuntutin bunda kemana melangkah seolah tidak mau melepas kesempatan terus bercerita. Bahkan Kezia masih sempat menyiapkan minuman bagi kami




Namun, Lina dan Pak Sigid tidak sempat makan malam lagi segera masuk kamar masing-masing dan tidur. Pak Dohar dan abang Enrique masih belum kembali ke rumah, mereka masih membereskan kursi-kursi yang harus segera dikembalikan malam ini juga ke gereja dimana mereka meminjamnya. Bunda masih menuntaskan bercerita dengan ibu Maria dan menyelesaikan berbagai catatan perjalanan, kemudian membantu membereskan dapur dan rumah. Sebagai makan malam kami menyantap tumpeng tadi pagi dan menyelamatkan lauk-lauk yang bisa disimpan untuk di daur ulang esok pagi sebagai sarapan *emak-emak gak mau rugi*.



Kembali malam ini tidur bersama Kezia dan Lina. Sejak sore Lina sudah tertidur bahkan tidak sempat berganti pakaian yang dikenakan, tinggal Kezia yang masih terjaga dan menemani bunda hingga kami berdua terlelap. Akan menjadi malam terakhir bunda di Sangatta.


  

No comments:

Post a Comment